Sabtu, 08 Februari 2014

CARA MEMBUAT MAKALAH

PENDAHULUAN MAKALAH

          Pendahuluan makalah merupakan bagian awal makalah yang memberikan gambaran umum tentang mengapa topik yang disajikan dalam makalah harus disajikan. Dengan kata lain, bagian pendahuluan menguraikan alasan penulis tentang topik yang ditulisnya. Selain mengemukakan alas an, bagian pendahuluan merupakan bagian pengantar yang untuk pembaca guna mengetahui alasan ataupun isi makalah secara keseluruhan.
Mengingat fungsi bagian pendahuluan makalah sebagai pengantar tentang topik tulisan dan sarana pengarang dalam menyampaikan alas an penulisan, menjadikan pendahuluan makalah memiliki bagian-bagian yang khusus. Bagian-bagian itu berkaitan dengan unsur pendukung pendahuluan makalah.  Unsur atau komponen pendahuluan makalah adalah (1) latar belakang, (2) permasalahan/ rumusan masalah/ permasalahan, (3) tujuan penulisan, (4) manfaat penulisan makalah, dan (5) hipotesis (kesimpulan sementara terhadap suatu hal dan tidak harus ada). Berikut ini penjelasan unsur pendahuluan makalah.

A. Latar Belakang
          Bagian latar belakang sebuah makalah berisi hal-hal yang melandasi perlunya topik dalam karangan ilmiah itu ditulis atau alas an penulisan yang dikaitkan dengan kenyataan. Bagian ini diharapkan mampu mengantarkan pembaca pada masalah atau topic yang dibahas dalam karya ilmiah dan menunjukkan bahwa masalah yang dibahas dalam karya ilmiah itu sangat penting.
          Dalam bagian ini penulis diharapkan mampu mengemukakan sebab-sebab mengapa masalah yang dipersoalkan perlu diteliti dan ditulis (alas an penulis memilih topic/ judul tulisan). Dalam bagian latar belakang ini, penulis dapat mengemukakan hal-hal sebagai berikut:
  1. Arti penting atau peranan topik pembicaraan.
  2. Perlunya pembinaan/peningkatan di bidang topik yang dibicarakan itu
  3. Perlunya masukan sebagai bahan pembinaan/ peningkatan di bidang topik pembicaraan
  4. Perlunya penelitian dilakukan khususnya untuk manfaat praktisnya maupun untuk manfaat keilmuan/teori
  5. Relevansi objek penelitian sebagai sumber data untuk dua segi kemanfaatan ilmu (praktis maupun teoritis
Sebuah bagian pendahuluan dapat disertai dengan beberapa buku acuan yang telah dibaca penulis khususnya tentang topik yang sama atau yang relevan dengan topik tulisan penulis. Dalam penyertaan itu, penulis perlu memberikan pembahasan khususnya informasi tentang perbedaan topik tulisan buku acuan dengan topik yang sedang ditulisnya. Bagian ini pun mencantumkan juga bagian-bagian yang akan dibahas dalam bab-bab berikutnya agar pembaca segera mengetahuinya secara sepintas lalu hal-hal apa saja yang akan diuraikan penulis.

B. Permasalahan/ Rumusan Masalah
       Bagian rumusan masalah merupakan bagian yang akan dibahas dalam karya ilmiah, khususnya pada bagian isi. Bagian ini tidak terbatas pada permasalahan/ persoalan yang memerlukan pemecahan, tetapi juga mencakup persoalan yang memerlukan penjelasan lebih lanjut, persoalan yang memerlukan deskripsi lebih lanjut, atau persoalan yang memerlukan penegasan lebih lanjut.
Rumusan masalah harus disajikan dalam bentuk pertanyaan. Selain itu, rumusan masalah haruslah jelas, padat, singkat, dan mampu memberikan pancingan persoalan yang akan dikemukakan penulis berkaitan topik tulisan. Rumusan masalah pun dapat dirinci menjadi beberapa sub masalah yang spesifik. Untuk rumusan masalah yang pemecahannya dicari melalui penelitian, penulis pelu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1.      Penulis perlu mengetahui kedudukan penelitian/ penulisan yang dilakukannya di antara penelitian/ penulisan lain yang sejenis.
2.     Penulis benar-benar mampu menguraikan pertanyaan-pertanyaan yang menjadi topik permasalahan dan belum dijawab oleh peneliti lain.

C. Tujuan Penulisan/ Penelitian
       Bagian tujuan penelitian atau penulisan disesuaikan dengan bagian rumusan permasalahan. Rumusan tujuan pun dapat dirinci seperti bagian rumusan masalah, yaitu menjadi sub bagian yang spesifik. Dalam rumusan tujuan ini, penulis perlu menguraikan tentang usaha-usaha dan hasil-hasil yang telah dicapai secara garis besar. Bagian tujuan penelitian/ penulisan berisi uraian tentang apa yang ingindicapai dengan penulisan karya ilmiah tersebut.
Perumusan tujuan penulisan karya ilmiah ini memiliki fungsi ganda, yaitu bagi penulis dan bagi pembaca. Fungsi rumusan tujuan penulisan bagi penulis adalah sebagai sarana untuk mengarahkan kegiatan yang harus dilakukan selanjutnya dalam menulis karangan ilmiah, khususnya dalam pengumpulan bahan tulisan. Fungsi rumusan tujuan bagi pembaca adalah sebagai sarana informasi tentang apa yang disampaikan penulis melalui karya ilmiah yang dibuatnya.
Rumusan kalimat yang dipergunakan untuk menguraikan tujuan penulisan berupa kalimat komplek. Rumusan ini pun dapat dinyatakan secara rinci.

C. Manfaat Penulisan
          Bagian manfaat penulisan/ penelitian dapat diuraikan secara terpisah. Maksudnya, bagian manfaat dapat dinyatakan dari segi pratik/ kepentingan praktis, kepentingan keilmuan penulis/ si peneliti, dan untuk kepentingan kelompok atau instansi. Rumusan bagian manfaat ini dinyatakan dalam bentuk uraian berupa kalimat berita.

D. Hipotesis
          Hipotesis merupakan pernyataan yang berupa generalisasi tentatif/ sementara tentang suatu permasalahan yang belum tentu pasti kebenarannya. Hipotesis dapat dirumuskan secara jelas dan sederhana.

E. Sistematika penyajian
          Pada bagian ini penulis memberikan gambaran urutan isi makalah yang disesuaikan dengan rumusan masalah. Bagian ini merupakan bagian pengantar uraian isi makalah. Bagian ini tidak selalu disusun dalam bab khusus, melainkan dapat dinyatakan dalam suatu paragraf singkat.

Contoh Keranga Pendahuluan sebuah Makalah

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN SISWA SMA DAN SOLUSINYA

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.1.1       Alasan memilih topik mengapa diperlukanya identifikasi permasalahan siswa SMA dan solusinya
1.1.2      Kenyataan yang ada berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi siswa SMA dan solusinya yang ada selama ini
1.1.3      Alasan perlunya permasalahan yang dihadapi siswa SMA dipecahkan (dikaitkan dengan perkembangan peserta didik)
1.2 Rumusan Masalah
1.1.1       Permasalahan apa saja yang dihadapi siswa SMA?
1.1.2      Bagaimana mengatasi/ Solusi apa yang perlu dilaksanakan guna mengatasi permasalahan yang dihadapi siswa SMA?
1.3 Tujuan
1.3.1   Mendeskripsikan permasalahan yang dihadapi siswa SMA
1.3.2     Menjelaskan bagaimana mengatasiatau solusi apa yang perlu dilaksanakan guna mengatasi permasalahannya yang dihadapi siswa SMA
1.4      Manfaat
1.4.1 Orang tua:
Memberikan masukan kepada orang tua tentang permasalahan yang dihadapi siswa sehingga dapat bersikap arif terhadap anak
1.4.2 Sekolah:
Memberikan masukan tentang perkembangan anak secara positif dan negatif guna pendampingan dan pengarahan pencapaian prestasi belajar.
1.4.3 Konselor:
Memberikan gambaran tentang permasalahan yang dihadapi siswa SMA sehingga mampu memberikan pendampingan yang tepat guna membantu perkembangan siswa secara utuh dan menyeluruh.
1.4.4 Program Studi Bimbingan Konseling:
Memberikan masukan secara teoritis dan praktis tentang identifikasi permasalahan yang dihadapi siswa SMA dan solusinya.
1.4.5 Guru bidang studi/ wali kelas:

Memberikan bantuan kepada wali kelas atau guru bidang studi tentang permasalahan yang dihadapi siswa SMA dan solusi memecahkan masalah yang mereka hadapi demi perbaikan dan perkembangan pribadi anak di kelas khususnya dalam pretasi dan relasi.

LANGKAH-LANGKAH BELAJAR EFEKTIF

Langkah-langkah belajar efektif adalah mengetahui diri sendiri
kemampuan belajar anda proces yang berhasil anda gunakan, dan dibutuhkan minat, dan pengetahuan atas mata pelajaran anda inginkan

Anda mungkin belajar fisika dengan mudah tetapi tidak bisa belajar tenis, atau sebaliknya. Belajar apapun, adalah proces untuk mencapai tahap-tahap tertentu.

Empat langkah untuk belajar.
Mulai dengan cetak halaman ini dan jawab pertanyan-pertanyaannya. Lalu rencanakan strategi anda dari jawaban-jawabanmu, dan dengan “Pedoman Belajar” yang lain.Mulai dengan masa lalu Apakah pengalaman anda tentang cara belajar? Apakah andaWhat was your experience about how you learn? Did you

senang membaca? memecahkan masalah? menghafalkan? bercerita? menterjemah? berpidato?
mengetahui cara menringkas?
tanya dirimu sendiri tentang apa yang kamu pelajari?
meninjau kembali?
punya akses ke informasi dari banyak sumber?
menyukai ketenangan atau kelompok belajar?
memerlukan beberapa waktu belajar singkat atau satu yang panjang?

Apa kebiasaan belajar anda? Bagaimana tersusunnya? Yang mana terbaik? terburuk?

Bagaimana anda berkomunikasi dengan apa yang anda ketahui belajar paling baik? Melalui ujian tertulis, naskah, atau wawancara?
Teruskanke masa sekarang Berminatkah anda?
Berapa banyak waktu saya ingin gunakan untuk belajar?
Apa yang bersaing dengan perhatian saya?Apakah keadaannya benar untuk meraih sukses?
Apa yang bisa saya kontrol, dan apa yang di luar kontrol saya?
Bisakah saya merubah kondisi ini menjadi sukses?


Apa yang mempengaruhi pembaktian anda terhadap pelajaran ini?

Apakah saya punya rencana? Apakah rencanaku mempertimbangkan pengalaman dan gaya belajar anda?
Pertimbangkan
proses,persoalan utama Apa judulnya?
Apa kunci kata yang menyolok?
Apakah saya mengerti?Apakah yang telah saya ketahui?
Apakah saya mengetahui pelajaran sejenis lainnya?


Sumber-sumber dan informasi yang mana bisa membantu saya?
Apakah saya mengandalkan satu sumber saja (contoh, buku)?
Apakah saya perlu mencari sumber-sumber yang lain?

Sewaktu saya belajar, apakah saya tanya diri sendiri jika saya mengerti?
Sebaiknya saya mempercepat atau memperlambat?
Jika saya tidak mengerti, apakah saya tanya kenapa?

Apakah saya berhenti dan meringkas?
Apakah saya berhenti dan bertanya jika ini logis?
Apakah saya berhenti dan mengevaluasi (setuju/tidak setuju)?

Apakah saya membutuhkan waktu untuk berpikir dan kembali lagi?
Apakah saya perlu mendiskusi dengan “pelajar-pelajar” lain untuk proces informasin lebih lanjut?
Apakah saya perlu mencari “para ahli”, guruku atau pustakawan atau ahliawan?
Buat
review Apakah kerjaan saya benar?
Apakah bisa saya kerjakan lebih baik?
Apakah rencana saya serupa dengan “diri sendiri”?Apakah saya memilih kondisi yang benar?
Apakah saya meneruskannya; apakah saya disipline pada diri sendiri?


Apakah anda sukses?
Apakah anda merayakan kesuksesan anda?

Keluar dari kotak (aisha)
Oktober 30, 2007 pukul 6:58 pm | Ditulis dalam IQ | 1 Komentar

Di sekolahku, setiap hari senin Minggu keempat kita ga pernah upacara, soalnya ada pembinasaan (Pembinaan Wali Kelas) di kelas masing-masing. Nah, semenjak aku duduk di kelas XII nih, pembinasaan itu diubah jadi pembinaan di lapangan. Jadi semua murid SMANSA n guru-guru pergi ke lapangan n dengerin semacam motivasi lah dari pakar-pakar yang diundang.

Ini udah dua kali dilaksanain, tapi berhubung pas pembinaan yang pertama, yang pembicaranya Pak Supri (afwan kalo salah0 aku ga masuk skul, jadi bagiku ini teh pembinaan di lapangan yang pertama kali (n_n)

Hari ini pembicaranya itu Pak Nasikin (afwan kalo salah), dari UI. Beliau bilang, di dunia ini semua orang tua pasti ingin anaknya sukses. So,,kita harus belajar,,hehehehe. Intinya sih bukan itu, yang jelas beliau menekankan kita nih buat berfikir keluar dari kotak..

Apa sih berfikir keluar dari kotak itu?

masuk ke kotak terus keluar baru mikir?
ya enggaklah! :p

So,,gini nih maksudnya. Beliau bilang, kita tuh hidup di era globalisasi, dan ga ada satupun yang bisa mencegah globalisasi terus berkembang (kecuali Allah ya..). Kalau kita mikirnya standar-standar aja,, ya kita bakal kegiles ama SDM-SDM dari negara lain. Pemikiran yang standar, misalnya nih..buat yang sekarang lagi duduk di kelas XII, targetnya harus lulus SPMB. Gak papa sih sebenernya, tapi kata beliau jadikan itu pilihan terakhir. Maksudnya, kita jangan terpaku ama itu aja, kita juga harus nyoba skul di luar negeri. Cari Beasiswa. Jangan ngerjain soal2 SMPB,,tapi soal2 yang luar negeri oriented juga…karena itu tadi,,we are going to interface the globalization..
————————————————————————————————

Kalau aku pribadi sih mikir, berfikir keluar dari kotak adalah cara berfikir yang di luar standar. Maksudnya, mungkin kebanyakan dari kita sering meng-under estimate diri sendiri, berfikir bahwa diri kita ga mampu, padahal sebenarnya kita mampu. Pikiran yang ngatif itu lah yang membuat kita ga akan maju…
Selain itu, yang menghalangi kita untuk berfikir di luar kotak adalah faktor lingkungan. Bisa jadi, kalo kita tinggal di lingkungan yang enggak menomorsatukan pendidikan, kita ga akan pernah mau mikirin tentang pendidikan, padahal itu penting…

Mengenal Cara Belajar Individu

Setiap individu adalah unik. Artinya setiap individu memiliki perbedaan antara yang satu dengan yang lain. Perbedaan tersebut bermacam-macam, mulai dari perbedaan fisik, pola berpikir dan cara-cara merespon atau mempelajari hal-hal baru. Dalam hal belajar, masing-masing individu memiliki kelebihan dan kekurangan dalam menyerap pelajaran yang diberikan. Oleh karena itu dalam dunia pendidikan dikenal berbagai metode untuk dapat memenuhi tuntutan perbedaan individu tersebut. Di negara-negara maju sistem pendidikan bahkan dibuat sedemikian rupa sehingga individu dapat dengan bebas memilih pola pendidikan yang sesuai dengan karakteristik dirinya.  

 Di Indonesia seringkali kita mendengar keluhan dari orangtua yang merasa sudah melakukan berbagai cara untuk membuat anaknya menjadi “pintar”. Orangtua berlomba-lomba menyekolahkan anak-anaknya ke sekolah-sekolah terbaik. Selain itu anak diikutkan dalam berbagai kursus maupun les privat yang terkadang menyita habis waktu yang seharusnya bisa dipergunakan anak atau remaja untuk bermain atau bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya. Namun demikian usaha-usaha tersebut seringkali tidak membuahkan hasil seperti yang diharapkan, bahkan ada yang justru menimbulkan masalah bagi anak dan remaja.  

 Apa sebenarnya yang terjadi? Mengapa anak-anak tersebut tidak kunjung-kunjung pintar? Salah satu faktor yang dapat menjadi penyebabnya adalah ketidaksesuaian cara belajar yang dimiliki oleh sang anak dengan metode belajar yang diterapkan dalam pendidikan yang dijalaninya termasuk kursus atau les privat. Cara belajar yang dimaksudkan disini adalah kombinasi dari bagaimana individu menyerap, lalu mengatur dan mengelola informasi.

 Otak Sebagai Pusat Belajar

 Otak manusia adalah kumpulan massa protoplasma yang paling kompleks yang ada di alam semesta. Satu-satunya organ yang dapat mempelajari dirinya sendiri dan jika dirawat dengan baik dalam lingkungan yang menimbulkan rangsangan yang memadai, otak dapat berfungsi secara aktif dan reaktif selama lebih dari seratus tahun. Otak inilah yang menjadi pusat belajar sehingga harus dijaga dengan baik sampai seumur hidup agar terhindar dari kerusakan.

Menurut MacLean, otak manusia memiliki tiga bagian dasar yang seluruhnya dikenal sebagai triune brain/three in one brain (dalam DePorter & Hernacki, 2001). Bagian pertama adalah batang otak, bagian kedua sistem limbik  dan yang ketiga adalah neokorteks.

Batang otak memiliki kesamaan struktur dengan otak reptil, bagian otak ini bertanggungjawab atas fungsi-fungsi motorik-sensorik-pengetahuan fisik yang berasal dari panca indra. Perilaku yang dikembangkan bagian ini adalah perilaku untuk mempertahankan hidup, dorongan untuk mempertahankan spesies.

Disekeliling batang otak terdapat sistem limbik yang sangat kompleks dan luas. Sistem ini berada di bagian tengah otak manusia. Fungsinya bersifat emosional dan kognitif yaitu menyimpan perasaan, pengalaman yang menyenangkan, memori dan kemampuan belajar. Selain itu sistem ini mengatur bioritme tubuh seperti pola tidur, lapar, haus, tekanan darah, jantung, gairah seksual, temperatur, kimia tubuh, metabolisme dan sistem kekebalan. Sistem limbik adalah panel kontrol dalam penggunaan informasi dari indra penglihatan, pendengaran, sensasi tubuh, perabaan, penciuman sebagai input yang kemudian informasi ini disampaikan ke pemikir dalam otak yaitu neokorteks.

Neokorteks terbungkus di sekitar sisi sistem limbik, yang merupkan 80% dari seluruh materi otak. Bagian ini merupakan tempat bersemayamnya pusat kecerdasan manusia. Bagian inilah yang mengatur pesan-pesan yang diterima melalui penglihatan, pendengaran dan sensasi tubuh manusia. Proses yang berasal dari pengaturan ini adalah penalaran, berpikir intelektual, pembuatan keputusan, perilaku normal, bahasa, kendali motorik sadar, dan gagasan non verbal. Dalam neokorteks ini pula kecerdasan yang lebih tinggi berada, diantaranya adalah : kecerdasan linguistik, matematika, spasial/visual, kinestetik/perasa, musikal, interpersonal, intrapersonal dan intuisi.

 Karakteristik Cara Belajar

 Berdasarkan kemampuan yang dimiliki otak dalam menyerap, mengelola dan menyampaikan informasi, maka cara belajar individu dapat dibagi dalam 3 (tiga) kategori. Ketiga kategori tersebut adalah cara belajar visual, auditorial dan kinestetik yang ditandai dengan ciri-ciri perilaku tertentu. Pengkategorian ini tidak berarti bahwa individu hanya yang memiliki salah satu karakteristik cara belajar tertentu sehingga tidak memiliki karakteristik cara belajar  yang lain. Pengkategorian ini hanya merupakan pedoman bahwa individu memiliki salah satu karakteristik yang paling menonjol sehingga jika ia mendapatkan rangsangan yang sesuai dalam belajar maka akan memudahkannya untuk menyerap pelajaran. Dengan kata lain jika sang individu menemukan metode belajar yang sesuai dengan karakteristik cara belajar dirinya maka akan cepat ia menjadi “pintar” sehingga kursus-kursus atau pun les private secara intensif mungkin tidak diperlukan lagi.

Adapun ciri-ciri perilaku individu dengan karakteristik cara belajar seperti disebutkan diatas, menurut DePorter & Hernacki (2001), adalah sebagai berikut:

1. Karakteristik Perilaku Individu dengan Cara Belajar Visual    

Individu yang memiliki kemampuan belajar visual yang baik ditandai dengan ciri-ciri perilaku sebagai berikut:  
rapi dan teratur
berbicara dengan cepat
mampu membuat rencana jangka pendek dengan baik
teliti dan rinci
mementingkan penampilan
lebih mudah mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar
mengingat sesuatu berdasarkan asosiasi visual
memiliki kemampuan mengeja huruf dengan sangat baik
biasanya tidak mudah terganggu oleh keributan atau suara berisik ketika sedang belajar
sulit menerima instruksi verbal (oleh karena itu seringkali ia minta instruksi secara tertulis)
merupakan pembaca yang cepat dan tekun
lebih suka membaca daripada dibacakan
dalam memberikan respon terhadap segala sesuatu, ia selalu bersikap  waspada, membutuhkan penjelasan menyeluruh tentang tujuan dan berbagai hal lain yang berkaitan.
jika sedang berbicara di telpon ia suka membuat coretan-coretan tanpa arti selama berbicara
lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain
sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat “ya” atau “tidak’
lebih suka mendemonstrasikan sesuatu daripada berpidato/berceramah
lebih tertarik pada bidang seni (lukis, pahat, gambar) daripada musik
seringkali tahu apa yang harus dikatakan, tetapi tidak pandai menuliskan dalam kata-kata

2. Karakteristik Perilaku Individu dengan Cara Belajar Auditorial  

Individu yang memiliki kemampuan belajar auditorial yang baik ditandai dengan ciri-ciri perilaku sebagai berikut:  
sering berbicara sendiri ketika sedang bekerja
mudah terganggu oleh keributan atau suara berisik
lebih senang mendengarkan (dibacakan) daripada membaca
jika membaca maka lebih senang membaca dengan suara keras
dapat mengulangi atau menirukan nada, irama dan warna suara
mengalami kesulitan untuk menuliskan sesuatu, tetapi sangat pandai dalam bercerita
berbicara dalam irama yang terpola dengan baik
berbicara dengan sangat fasih
lebih menyukai seni musik dibandingkan seni yang lainnya
belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada apa yang dilihat
senang berbicara, berdiskusi dan menjelaskan sesuatu secara panjang lebar
mengalami kesulitan jika harus dihadapkan pada tugas-tugas yang berhubungan dengan visualisasi
lebih pandai mengeja atau mengucapkan kata-kata dengan keras daripada menuliskannya
lebih suka humor atau gurauan lisan daripada membaca buku humor/komik

3. Karakteristik Perilaku Individu dengan Cara Belajar Kinestetik  

Individu yang memiliki kemampuan belajar kinestetik yang baik ditandai dengan ciri-ciri perilaku sebagai berikut:  
berbicara dengan perlahan
menanggapi perhatian fisik
menyentuh orang lain untuk mendapatkan perhatian mereka
berdiri dekat ketika sedang berbicara dengan orang lain
banyak gerak fisik
memiliki perkembangan otot yang baik
belajar melalui praktek langsung atau manipulasi
menghafalkan sesuatu dengan cara berjalan atau melihat langsung
menggunakan jari untuk menunjuk kata yang dibaca ketika sedang membaca
banyak menggunakan bahasa tubuh (non verbal)
tidak dapat duduk diam di suatu tempat untuk waktu yang lama
sulit membaca peta kecuali ia memang pernah ke tempat tersebut
menggunakan kata-kata yang mengandung aksi
pada umumnya tulisannya jelek
menyukai kegiatan atau permainan yang menyibukkan (secara fisik)
ingin melakukan segala sesuatu

Dengan mempertimbangkan dan melihat cara belajar apa yang paling menonjol dari diri seseorang maka orangtua atau individu yang bersangkutan (yang sudah memiliki pemahaman yang cukup tentang karakter cara belajar dirinya) diharapkan dapat bertindak secara arif dan bijaksana dalam memilih metode belajar yang sesuai. Bagi para remaja yang mengalami kesulitan belajar, cobalah untuk mulai merenungkan dan mengingat-ingat kembali apa karakteristik belajar anda yang paling efektif. Setelah itu cobalah untuk membuat rencana atau persiapan yang merupakan kiat belajar anda sehingga dapat mendukung agar kemampuan tersebut dapat terus dikembangkan. Salah satu cara yang bisa digunakan adalah dengan memanfaat berbagai media pendidikan seperti tape recorder, video, gambar, dll. Selamat mencoba.  Semoga bermanfaat.



ARTI BAHASA TUBUH

Bahasa tubuh Anda akan mengirimkan sinyal kepada pikiran bawah sadar lawan bicara. Lewat bahasa tubuh, tabir perasaan lawan bicara akan tersibak.
Kita bisa mempelajari bahasa tubuh lawan bicara. Purnawan E. Andoko dari Wellness World memberi rahasianya:

Bahasa Kepala
- Condong ke arah Anda: tertarik, setuju.
- Menjauh secara mendadak: curiga, tidak percaya.
- Topang dagu: bosan.
- Mengangguk: setuju.
- Banyak menoleh: tidak sabar, ingin menyudahi pembicaraan.

Bahasa Mata
- 60 persen menatap langsung: tertarik.
- 80 persen tatapan langsung: tertarik secara seksual.
- 100 persen tatapan langsung: perlawanan.
- Penghindaran tatapan: me¬nyem¬bunyikan sesuatu.
- Lensa mata membesar: sangat tertarik.
- Tatapan jatuh ke bawah dan melirik ke kiri/kanan: tertarik pada Anda.
- Lirik kanan/kiri langsung: bosan.
- Kedipan cepat: tidak setuju.

Bahasa Tangan
- Telapak terbuka ke atas: jujur terbuka.
- Telapak di saku atau tertutup: menyembunyikan sesuatu.
- Mengepal: tegang, tidak nyaman, marah.
- Menutup mulut/hidung: indikasi berbohong.
- Membentuk kerucut: percaya diri atau yakin.
- Tangan di atas meja: siap untuk setuju.
- Jari mengetuk-ngetuk: bosan atau ingin bicara.

Gerakan Lain
- Dada atau pinggul didekatkan: tertarik secara seksual.
- Kaki mengetuk lantai: ingin bicara atau bosan.

Nada atau Kecepatan Bicara
- Lambat dan nada akhir turun: yakin dan menguasai.
- Penekanan kata: otoritatif.
- Nada dan kecepatan meninggi: emosi, tegang, atau menyembunyikan sesuatu.

Bahasa Penolakan
- Kaki atau tangan bersilang.
- Melirik ke kiri/kanan, kepala menoleh ke kiri atau kanan.
- Tatapan langsung minimal.
- Mengetukkan jari atau kaki. Arah kaki tidak kepada Anda.
- Postur tubuh tertutup.

Bahasa Keterbukaan
- Tatapan langsung banyak dengan lensa mata membesar.
- Tangan menangkup membentuk menara.
- Arah kaki kepada Anda.
- Postur tubuh terbuka.

Bahasa Siap Menerima
- Kontak mata lebih 60 persen dan banyak senyum lepas.
- Tubuh atau kepala mencondong kepada Anda.
- Banyak anggukan dan wajah menghadap langsung ke Anda.
- Tangan terbuka di atas meja.

Bahasa Curiga
- Postur tubuh tertutup
- Tangan berada di saku atau posisi menyilang.
- Tatapan melalui sudut mata (lirikan) berulang kali.
- Arah kaki menyerong.


Bahasa Tidak Jujur
- Banyak menatap ke samping khususnya pada bagian kata atau kalimat bohong.
- Tangan sering menutup mulut atau hidung, atau meraba hidung atau telinga.
-  Postur tidak nyaman.

Sabtu, 16 April 2011

MIMPI DAN INTERPRETASINYA

Mimpi adalah produk psikis yang tidak disengaja dan yang spontan, suara dari alam, bias any tidak jelas dan sulit dimengerti karena mengungkapkan diri dengan lambang dan gambar, seperti tulisan yang paling kuno, atau surat yang rumit yang kadang-kadang dengan gembira dilakukan oleh anak-anak yang mengganti kata-kata yang penting dengan gambar-gambar. Dalam usaha mengerti bahasa mimpi para ahli menggunakan metode penjelasan dalam tambahan seperti halnya para ahli filologi dalam menguraikan prasasti dan naskah yang ditulis dalam bahasa yang telah lama dilupakan.
Langkah pertama untuk mengerti suatu mimpi adalah menyusun konteksnya. Ini berarti membongkar jaringan hubungan pelaku mimpi dan kehidupannya, dan menemukan arti dari berbagai bayangan yang ditampilkan. Misalnya, seorang ibu tampak di dalam mimpi: semua orang mempunyai konsep tentang apa arti ibu, tetapi untuk masing-masing orang bayangan seorang ibu adalah berbeda, dan arti dari bayangan ini akan berubah dari waktu ke waktu. Ingatan tentang ibu bagi seorang mungkin dihubungkan dengan kasih saying, perawatan dan perlindungan, sedangkan orang lain menghubungkannya dengan kekuasaan, amarah atau kekecewaan dan dengan demikian arti mimpi tentang ibu dapat berbeda-beda. Sejauh memungkinkan, tiap bayangan atau lambang hars dijagai sampai artinya mendekati arti yang sebenarnya bagi pelaku mimpi dan jika ini belu dilakukan secara seksama maka kita belum dapat mengerti maksud mimpi tersebut. Setiap mimpi merupakan pengungkapan langsung dari ketidaksadaran pelaku mimpi dan hanya dapat dimengerti ini.
Rangkaian beberapa mimpi merupakan dasar interpretasi yang lebih memuaskan daripada ssatu buah mimpi, karena tema yang ditampilkan oleh alam tak sadar menjadi lebih jelas, bayangan-bayangan yag penting digarisbawahi melalui pengulangan dan kesalahan dalam interpretasi diperbaiki dalam impian berikutnya.
Mimpi dapat diinterpretasikan dalam tingkat objektif atau tingkat subjektif. Hal yang pertama mimpi dihubungkan dengan apa yang terjadi di dalam lingkungan; orang-orang yang muncul di dalam impian adalah benar, demikian pula hubungan mereka dengan apa pengaruhnya pada pelaku mimpi ianalisis. Hal yang kedua, tokoh-tokoh mimpi dianggap mewakili aspek-aspek kepribadian pelaku mimpi. Pada tingkatan mana interpretasi dilakukan tergantung pada keadaan sesaat. Seorang wanita yang bermimpi tentang ayahnya mungkin menghadapi masalah dalam hubungannya dengan ayahnya atau beberapa aspek dari hubungannya dengan ayah, atau ia harus mengenali adanya prinsip jantan dalam dirinya. Pada umumnya aspek subjektif dari mimpi menjadi lebih penting dalam tahap-tahap analisis yang lebih lanjut ketika masalah pribadi telah ditinjau dan dimengerti.
Beberapa impian mengandung arti yang lebih dari arti pribadi; mimpi-mimpi seperti itu seringkali sangat jelas dan menggunakan lambang-lambang yang tidak ddapat dipahami dan mengejutkan, dan hubungannya denga pelaku mimpi sulit dicari. Mimpi-mimpi dapat digolongkan sebagai mimpi kolektif dan untuk mengartikannya harus dipergunakan analogi hitoris dan mitologis untuk mengetahui apakah lambang itu bagi orang-orang di masa lalu. Pada mulanya agak aneh untuk menganggap bahwa hal ini ada relevansinya dengan kita sendiri; kita telah demikian jauhmemutuskan diri dengan masa lampau sehingga sulit untuk menyadari bahwa pengalaman orang di masa lampau tetap mempunyai arti bagi kita.
Sulit untuk membedakan dengan jelas antara impian pribadi dengan impian kolektif jika tanpa membahasnya secara lebih rinci. Bagaimanapun juga, seperti dalam kehidupan, tidaka ada garis pembatas yang jelas antara keduanya. Apapun yang kita pikirkan atau lakukan dalam kemampuan pribadi mempunyai arti atau mempengaruhi orang lain; sebaliknya, kita juga terikat pada zaman dan lingkungan kita, yang membentuk diri kita dengan atau tanpo kita kehendaki. Impian pribadi akan muncul dari ketidakasadaran pribadi dan berhubungandengan aspek-aspek pribadi dari kehidupan pelaku mimpi: mimpi tentang keluarga, teman-teman dan kehidupan sehari-hari.
Impian kolektif mempunyai arti yang lebih besar daripada setiap akibat dramatis langsung. Orang-orang primitif secara naluriah mengenal perbedaan antara kedua jenis ini, pribadi dan kolektif, dan melukiskannya sebagai impian kecil dan impian besar. Mereka menghargai jenis yang terakhir karena mereka sering membuka sumber pengetahuan sehingga sumber pengetahuan tidak akan pernah tertutup. Impian kolektif sangat dihargai dalam zaman purbakala ketika hal itu dianggap membawa pesan dari dewa dan isyaratnya ditanggapi sungguh-sungguh.
Sekarang kita harus membuat pernyataan yang sama tentang bahan mimpi, karena seperti apa yang telah ditunjukkan, alam tak sadar selalu menggunakan lambang-lambang yang berbeda untuk hal-hal yang oleh alam sadar dianggap mempunyai arti yang sama. Telah dikatakan bahwa serangkaian mimpi lebih mudah dimengerti daripada hanya satu mimpi, dan dengan cara yang sama kita temukan bahwa mimpi-mimpi yang penting diulangi lagi jika belum dimengerti atau jika mimpi itu perlu ditekankan.
Bagi orang kuno, impian itu dikirim melalui Tuhan dan orang yang tidak percaya masih membiarkan kemungkinan ini (hanya dengan syarat hati-hati dan mencadangkan untuk dirinya sendiri hak untuk memutuskan masalah ini), maka pendapat popular masa kini mencela kegiatan psikis semacam ini sedemikian rupa sampai seringkali dianggap bahwa mimpi adalah semata-mata akibat dari sebab-sebab fisik, seperti tidur dalam posisi yang kurang enak atau makan terlampau kenyang seelum tidur. Memang benar beberapa mimpi dapat disebabkan oleh sebab-sebab seperti itu (misalnya mimpi berjalan di atas salju dan pada waktu bangun ternyata alas tempat tidur telah terlepas), tetapi seringkali sedikit sekali hubungan antara rangsangan dan bentuk impian yang terjadi, sehingga itu bukanlah penjelasan mimpi yang sesungguhnya. Keyakkinan yang sangat umum lainnya adalah bahwa mimpi merupakan reproduksi dari peristiwa-peristwa di hari sebelumnya, terutama peristiwa-peritiwa yang berarti atau meyolok. Catatan yang teliti menunjukkan bahwa mimpi jarang mengulang peristiwa-peristiwa itu secara tepat.; ada hal-hal yang ditambahkan atau dikurangi, membulatkan penngalaman atau bersifat mengimbangi. Kecenderungan untuk mengimbangi sikap sadar ini merupakan cirri mimpi yng penting dan selalu harus diperhatikan jika hendak mengartikannya. Sebagai contoh, mipi anak muda tentang ayahnya yang berperilaku seperti orang mabuk dan tidak teratur. Kenyataanya ayahnya sebenarnya tidak seperti itu dan menurut anaknya ia berperilaku secara ideal dan mempunyai hubungan yang sangat baik dengan ayahnya, bahkan terlalu baik karena kekagumannya pad ayahnya menghambat tumbuh kepercayaan diri dan mencegah perkembangan kepribadiannya sendiri yang berbeda dengan ayahnya. Ini menunjukkan ayah dalam gambaran yang kurang menyenangkan. Seolah mimpi itu berpesan, “Ternyata ia tidak sehebat itu, dan ia dapat bertidak dengancara yang sangat tidak bertanggung jawab. Tidak perlu kau merasa rendah”. Alam tak sadar menarik perhatian pada hubungan yang berdasarkan pandangan yang idealistis tentang ayah yang menghambat perkembangan anak menuju kedewasaan.
Mimpi dapat juga sebaliknya; jjika kita biaasa merendahkan seseorang, kita cenderung menyanjungnya dalam mimpi, misalnya melihatnya dalam posisis yang jauh lebih tinggi daripada keadaan yang sebennarnya atau bermimpi melakukan sesuatu dengan mudah dan terampil walaupun kita tahu bahwa seharusnya kita tidak mampu dan canggung.
Mimpi juga membawa konflik-konflik yang tersembunyi menjadi jelas dengan mmenunjukkan sisi yang tidak diketahui dari sifat, seperti jika seorang yang halus dan tenang bermimpi tentang kekerasaan tetapi seringkali bahasamimpi tidaklah seperti itu.
Mimpi kadang-kadang mengungkapkan harapan-harapan yang tersembunyi tetapi terlampau sederhana untuk menggolonkan semua mimpi dalam golongan ini. Mimpi ‘harapah’ biasanya mudah diketahui, misalnya seorang yang lapar bermimpi sedang makan enak, atau seorang yang haus bermimpi melihat air.
Ada juga mimpi-mimpi yang melihat ke depan atau bersifat ‘prospektif’. Kelihatannya seperti ruang dan waktu merupakan ciptaan alam tak sadar kita dan relative, dan alam tak sadar bekerja sesuai dengan konsep-konsep ini. Contoh dari mimpi ini adalah mimpi bangun dan berpakaian pada saat orang benar-benar tidur dan jam beker telah berhenti berbunyi. Tetapi ada mimpi lain yang lebih menonjol, seperti seseorang yang akan pindah rumah ke suatu daerah bermimpi tentang rumah yang akan didiaminya sampai hal-hal yang terkecil. Mimpi seperti itu jarang terjadi dan menganggap hal itu hanya kebetulan.
Kadang-kadang mimpi memproduksi hal-hal yang dilihat, didengar atau dibaca sebelumnya dan selanjutnya dilupakan, atau mengingat kembali pengalaman-pengalaman lalu. Seringkali sulit untuk melacak apakah hal-hal yang terlupa dapat diingat kembali atau pengalamn itu benar-benar terjadi namun ni bukanlah hal yang penting. Yang relevan adalah mengapa elaku mimpi bermimpi tentang hal tersebut pada saat tertentu dan mengapa ia merasa bahwa ia mengalami pengalaman itu.
Salah satu mimpi yang aneh adalah apabila teman dekat atau anggota keluarga bermimpi tentang impian yang sama tanpa saling menceritakan sebelumnya. Yang lebih aneh lagi adalah bahwa anak-anak bermimpi tentang masalah yang dihadapi orangtuanya apabila masalah tersebut disebunyikan dari pengetahuan anak-anaknya. Biasanya impian itu tidak merupakan pernyataan yang langsung, melainkan berbentuk simbolis dan seringkali sangat indah.
Impian yang saling menyolok adalah yang keihatannya muncul secara spontan dari alam tak sadar, menyajikan sesuatu yang sangat aneh dan sangat jelas sehingga menarik perhatian. Kadang-kadang hal ini tampaknya mengungkapkan suatu kecenderungan alam tak sadar yang bertujuan untuk mengubah sepenuhnya sikap alam sadar dan impian ini dapat begitu mengesankan sehingga pelaku mimpi benar-benar berubah tanpa perlu diadakan interpretasi terhadap impiannya itu.
Mimpi ini dari sudut analitis bernilai karena memberikan gambaran tentang kondisi dalam dan tentang kondisi luar yang tidak disadari oleh pelaku mimpi. Impian pertama yang diajukan pasien untuk dianalisis seringkali merupakan ringkasan yang menarik tentang persoalan yang dihadapinya dan bahkan memberikan petunjuk tentang bagaimana hal itu dapat diatasi. Aspek mimpi yang dapat melihat ke depan inilah yang didesak agar mimpi ini tidak hanya digunakan untuk tujuan-tujuan reduktif, yaitu mimpi yang tidak hanya membuka kenangan yang terlupa dan kesulitan-kesulitan masa kini tetapi muncul dengan bertujuan, khusunya dalam mimpi individuasi. Pada permulaan analisis mimpi seringkali relatif jelas dan sederhana, dan mempunyai akibat langsung. Dengan berjalannya proses analisis mimpi biasanya menjadi lebih rumitdan lebih sulit dimengerti.
Para peneliti tidak pernah mendesak interpretasinya pada pasien. Mereka menganggap lebih penting bagi pelaku mimpi untuk mengerti impiannya sendiridaripada harus dianalisis oleh analis, sedangkan cara ideal interpretasi harus merupakan hasil dari refleksi dan peretujuan bersama. Ungkapan-ungkapan dari alam sadar seringkali sangat primitif dan kekuasaannya hilang bila terlalu banyak usaha diarahkan untuk menyesuaikannya dengan konsep-konsep estetis